468x60 Ads


Slider(Do not Edit Here!)

Senin, 18 Juni 2012

10 Pertempuran Kapal Induk Terdahsyat


10 Pertempuran Kapal Induk Terdahsyat

Kapal Induk (Aircraft Carrier), yang bertugas sebagai pangkalan pesawat tempur terapung, merupakan Kapal Perang terkuat yang di kenal oleh manusia. Memiliki armada lengkap kapal induk sampai batas tertentu merupakan symbol kekuatan militer suatu Negara. Mari kita lihat 10 pertempuran yang melibatkan kapal induk dalam sejarah perang modern.

1. Perang Falkland / Malvinas Tanggal : 2 April --14 June, 1982


Lokasi          : Kepulauan Falkland (Islas Malvinas), Selatan Samudra Atlantik
Negara         : Inggris vs Argentina
Kapal Induk : Inggris, 2 Kapal Induk (HMS Hermes dan HMS Invincible) VS 1 Kapal Induk Argentina ( 25 of May)

Keterangan   : setelah menjalani 74 hari pertempuran, Argentina terkepung, memungkinkan Inggris untuk mempertahankan kepulauan ini kembali menjadi miliknya. Tentara Kerajaan Inggris mempergunakan 2 Kapal Induk dalam menyusun pasukan amfibi yang di gunakan mengambil alih Kepulauan Falkland dari serangan tentara Argentina.



2. Pertempuran Teluk Leyte Tanggal : 23 --26 October, 1944

Lokasi         : Leyte Gulf, eastern Philippines
Negara        : Allies (United States and Australia) vs. Japan
Kapal Induk : U.S.: 9 Kapal Induk (USS Intrepid, Hornet, Franklin, Lexington, Bunker Hill, Wasp, Hancock, Enterprise, Essex) dan 8 Kapal Induk mini (Independence, Princeton, Belleau Wood, Cowpens, Monterey, Langley, Cabot, San Jacinto) vs Japan: 1 Kapal Induk (Zuikaku) and 3 light carriers (Zuiho, Chitose, and Chiyoda)

Keterangan : Dengan 21 Kapal Induk yang mengambil bagian dalam pertempuran ini, perang Teluk Leyte telah menjadi pertempuran angkatan laut terbesar selama Perang Dunia ke dua. Setelah pertempuran selesai, pihak sekutu menjadi pemenang, sementara di sisi lain Kerajaan Jepang mengalami kekalahan dan kerugian terbesar, dengan semua Kapal Induk yang di milikinya tenggelam.



3. Pertempuran Laut Filipina Tanggal : 19 --20 June, 1944

Lokasi           : Mariana Islands, Philippine Sea
Negara          : United States vs. Japan
Kapal Induk   : U.S.: 7 fleet carriers (USS Hornet, Yorktown, Bunker Hill, Wasp, Enterprise, Lexington, Essex) and 8 light fleet carriers (Belleau Wood, Bataan, Monterey, Cabot, Princeton, San Jacinto, Cowpens, Langley) vs Japan: 5 fleet carriers (Taiho, Zuikaku, Shokaku, Junyo, Hiyo) and 4 light aircraft carriers (Chitose, Chiyoda, Zuiho, Ryuho)

Keterangan : Inilah yang di sebut pertempuran “Kapal induk vs Kapal induk” terbesar dalam sejarah. Pertempuran ini menjadi mimpi buruk untuk kekalahan Angkatan Laut Kerajaan Jepang, mereka kehilangan tiga Kapal induk, lebih dari 550 – 645 pesawat serta ratusan pilot.



4. Perang Santa Cruz Tanggal : 25 --27 October, 1942
Lokasi             : Santa Cruz Islands, southwestern Pacific Ocean
Negara            : Japan vs. United States
Kapal Induk     : Japan: 2 fleet carriers (Shokaku and Zuikaku) and 1 light fleet carrier (Zuiho) vs U.S.: 2 fleet carriers (USS Enterprise and Hornet)

Keterangan : Pertempuran ini melibatkan pertempuran 4 kapal induk di zona pertempuran Pasifik selama Perang Dunia Dua berlangsung. Setelah perang ini usai, Kerajaan Jepang memperoleh kemenangan besar dengan kerusakan pada kapal induk musuh, saat Angkatan Laut Amerika Serikat kehilangan dua kapal Induknya, USS Enterprise dan Hornet, yang mengalami kerusakan berat.



5. Perang Solomon Timur Tanggal : 24 --25 August, 1942
Lokasi            : Solomon Islands, Oceania
Negara           : Japan vs. Allies (United States and Australia)
Kapal Induk   : Japan: 2 fleet carriers (Shokaku and Zuikaku) and 1 light fleet carrier (Ryujo) vs U.S.: 2 fleet carriers (USS Enterprise and Saratoga)

Keterangan : Pertempuran ini dapat dianggap kemenangan taktis dan strategis untuk Angkatan Laut Amerika Serikat, karena Jepang kehilangan satu kapal induk ringan, lebih banyak kapal perang, pesawat tempur dan pilot. Serta terhambatnya bantuan pasukan Jepang untuk Guadalcanal.



6. Perang Midway Tanggal : 4 --7 June, 1942
Lokasi            : Midway Atoll, an unincorporated area of U.S
Negara           : Japan vs. United States
Kapal Induk   : Japan: 4 fleet carriers (Akagi, Kaga, Hiryu and Soryu) vs U.S.: 3 fleet carriers (USS Yorktown, Enterprise and Hornet)

Keterangan    : Pertempuran secara luas dianggap sebagai pertempuran laut yang paling penting dari Kampanye Pasifik Perang Dunia II. Hal ini terbukti telah menjadi penentu kemenangan angkatan laut AS, sementara Angkatan Laut Kekaisaran Jepang kehilangan semua empat kapal induknya.



7. Perang Laut Karang Tanggal : 4 --8 May, 1942
Lokasi             : Coral Sea, Australia
Negara            : Japan vs. Allies (United States and Australia)
Kapal Induk     : Japan: 2 fleet carriers (Shokaku and Zuikaku) and 1 light fleet carrier (Shoho) vs U.S.: 2 fleet carriers (USS Lexington and Yorktown)

Keterangan      : Meskipun kemenangan taktis untuk orang Jepang dalam hal jumlah kapal musuh yang tenggelam, namun pertempuran ini terbukti menjadi kemenangan strategis bagi Sekutu. Lebih penting lagi, armada Jepang pembawa Shokaku dan Zuikaku - satu rusak dan yang lainnya dengan perlengkapan pesawat yang habis - tidak dapat berpartisipasi dalam Pertempuran Midway, memberikan kontribusi signifikan terhadap kemenangan AS di pertempuran itu.



8. Doolittle Raid Tanggal : 18 April, 1942
Lokasi              : Tokyo and other Japanese cities
Negara             : United States vs. Japan
Kapal Induk     : U.S.: 2 fleet carriers (USS Hornet and Enterprise)

Keterangan       : Merupakan serangan udara pertama oleh Amerika Serikat untuk menyerang Kepulauan Depan Jepang selama Perang Dunia II. Setelah serangan itu, sebagian besar awak B-25 yang terjun ke China akhirnya berhasil sampai dengan selamat dengan bantuan warga sipil Cina dan tentara China.





9. Serangan Pearl Harbor Tanggal : 7 December, 1941
 Lokasi              : Pearl Harbor, Hawaii
 Negara             : Japan vs. United States
 Kapal Induk     : Japan: 6 fleet carriers (Akagi, Kaga, Soryu, Hiryu, Shokaku, and Zuikaku)

Keterangan        : serangan militer Jepang yang menenggelamkan empat kapal perang AS dan dua kapal perusak, merusak banyak kapal lainnya, dan menyebabkan hilangnya 2.000 tentara Amerika.Itu dianggap sebagai kejutan besar bagi rakyat Amerika dan awal mula masuknya Amerika ke dalam Perang Dunia II di Pasifik dan di Eropa.



10. Pertempuran Taranto Tanggal : 11 --12 November, 1940
Lokasi : Taranto, Italy
Negara : United Kingdom vs. Italy
Kapal Induk : UK: 1 fleet carrier (HMS Illustrious)

Keterangan : Dalam pertempuran ini, untuk pertama kali dalam sejarah Royal Navy mengerahkan semua Kapal induk dan kapal perang miliknya digunakan untuk menyerang, terbang dengan mempergunakan sejumlah kecil pembom torpedo. Dalam sebuah kemenangan gemilang untuk Royal Navy, armada Italia kehilangan sekitar setengah kekuatannya hanya dalam satu malam.



Sumber : empuss-miaww.blogspot.com


Read more: http://indonesian-warfare.blogspot.com/2012/06/10-pertempuran-kapal-induk-terdahsyat.html#ixzz1y73WOszV

Vladimir Lenin, Sang Pendiri Soviet


Vladimir Lenin atau Vladimir Ilyich Lenin merupakan nama samaran dari Vladimir Ilyich Ulyanov, lahir di Simbirsk, Kekaisaran Rusia, 22 April 1870 – meninggal di Gorki, RSFS Rusia, Uni Soviet, 21 Januari 1924 pada umur 53 tahun, dikenal sebagai revolusioner komunis Rusia, pemimpin partai Bolshevik, perdana menteri pertama Uni Soviet, kepala negara pertama Uni Soviet secara de facto, dan penggagas Leninisme. (Nama Lenin sebenarnya adalah sebuah nama samaran dan diambil dari nama Sungai Lena di Siberia.)
Masa Muda
Vladimir Ilyich Ulyanov lahir sebagai putra dari Ilya Nikolaevich Ulyanov (1831 - 1924), seorang pegawai negeri Rusia yang berjuang meningkatkan demokrasi dan pendidikan bebas untuk semua orang Rusia. Beristerikan Maria Alexandrovna Blank (1835 - 1916). Lenin berasal dari sukubangsa yang berbeda-beda. Ia punya darah Kalmyk yang diwarisinya dari orangtua ayahnya. Dan ibunya mewarisi darah Jerman Wolga. Selain itu orangtuanya adalah seorang Yahudi. Vladimir Ulyanov (Lenin) sendiri dibaptis dalam gereja Ortodoks Rusia.
Lenin terkenal pandai dalam bahasa Latin dan bahasa Yunani. Di bulan Mei 1887 kakaknya Alexander Ulyanov mendapat hukuman gantung karena merencanakan pembunuhan Tsar Alexander III. Ini membuat Vladimir menjadi radikal, ia dikeluarkan dari Universitas Kazan karena turut serta dalam demonstrasi mahasiswa. Akan tetapi ia belajar sendiri. Tahun 1891 bisa mendapatkan izin menjadi seorang pengacara.
Revolusioner & Akhir hidup
Ketika sebagai pengacara di Saint Petersburg, ia mengenal karya-karya Karl Marx dan Friedrich Engels. Karya tentang Marxisme dilarang di Rusia, Lenin ditangkap dan dipenjara selama setahun. Lalu dibuang ke Siberia. Dalam penjara pun Lenin menunjukkan bakatnya dengan mengalahkan para penghuni penjara yang lain dalam bermain catur.
Bulan Juli 1898, masih di Siberia, Lenin menikahi seorang wanita sosialis bernama Nadezhda Krupskaya. Tahun 1899, Lenin menulis buku tentang perkembangan kapitalisme di Rusia. Tahun 1900, Lenin diperbolehkan pulang dari Siberia. Lalu berkeliling Eropa dan mengunjungi konferensi-konferensi Marxis.
Tahun 1903 Lenin bertengkar dengan pengurus Partai Sosial-Demokrat dan Buruh Rusia mengenai struktur kepartaian. Julius Martov, seorang pengurus, menginginkan sebuah struktur yang agak lepas dan otonom sedangkan Lenin menginginkan struktur yang sentralistik. Partai ini pecah menjadi dua. Orang-orang Lenin disebut kaum Bolshevik yang berarti mayoritas dan orang-orang Martov disebut kaum Menshevik yang berarti minoritas

Bulan Februari 1917, berhubung dengan kekalahan besar Rusia di Perang Dunia I, Tsar Nikolas II dipaksa turun takhta. Lalu terbentuk kabinet yang dipimpin Alexander Kerensky. Pada tanggal 16 April 1917, Lenin kembali ke Petrograd, nama kota Saint Petersburg yang di 'Rusia'-kan.
Pada bulan Juli Lenin mencoba mengadakan pemberontakan kaum buruh. Namun pemberontakan ini gagal, Lenin melarikan diri ke Finlandia. Bulan Oktober 1917 Lenin kembali dan mengadakan Revolusi Oktober. Saat ini Lenin berhasil, maka tanggal 7 November 1917 menurut tarikh Kalender Gregorian atau 25 Oktober menurut tarikh Kalender Julian, revolusinya berhasil dan Kerensky melarikan diri.
Tanggal 30 Agustus 1918, Lenin ditembak oleh Fanya Kaplan, seorang wanita revolusioner, sebanyak tiga kali. Kaplan menganggap Lenin telah mengkhianati Revolusi Rusia. Lenin bisa selamat namun kesehatannya mulai menurun dan tak pernah pulih. Lenin meninggal pada tanggal 21 Januari 1924 setelah terkena stroke sebanyak empat kali.


Minggu, 17 Juni 2012

Perang Teluk

Perang Teluk Persia I atau Gulf War disebabkan atas Invasi Irak atas Kuwait 2 Agustus 1990 dengan strategi gerak cepat yang langsung menguasai Kuwait. Emir Kuwait Syeikh Jaber Al Ahmed Al Sabah segera meninggalkan negaranya dan Kuwait dijadikan provinsi ke-19 Irak dengan nama Saddamiyat Al-Mitla` pada tanggal 28 Agustus 1990, sekalipun Kuwait membalasnya dengan serangan udara kecil terhadap posisi posisi Irak pada tanggal 3 Agustus 1991 dari pangkalan yang dirahasiakan.

Latar Belakang

Invasi Irak ke Kuwait disebabkan oleh kemerosotan ekonomi Irak setelah Perang Delapan Tahun dengan Iran dalam perang Iran-Irak. Irak sangat membutuhkan petro dolar sebagai pemasukan ekonominya sementara rendahnya harga petro dolar akibat kelebihan produksi minyak oleh Kuwait serta Uni Emirat Arab yang dianggap Saddam Hussein sebagai perang ekonomi serta perselisihan atas Ladang Minyak Rumeyla sekalipun pada pasca-perang melawan Iran, Kuwait membantu Irak dengan mengirimkan suplai minyak secara gratis. Selain itu, Irak mengangkat masalah perselisihan perbatasan akibat warisan Inggris dalam pembagian kekuasaan setelah jatuhnya pemerintahan Usmaniyah Turki.

Akibat invasi ini, Arab Saudi meminta bantuan Amerika Serikat tanggal 7 Agustus 1990. Sebelumnya Dewan Keamanan PBB menjatuhkan embargo ekonomi pada 6 Agustus 1990.


Amerika Serikat mengirimkan bantuan pasukannya ke Arab Saudi yang disusul negara-negara lain baik negara-negara Arab kecuali Syria, Libya dan Yordania serta Palestina. Kemudian datang pula bantuan militer Eropa khususnya Eropa Barat (Inggris, Perancis dan Jerman Barat), serta beberapa negara di kawasan Asia. Pasukan Amerika Serikat dan Eropa di bawah komando gabungan yang dipimpin Jenderal Norman Schwarzkopf serta Jenderal Collin Powell. Pasukan negara-negara Arab dipimpin oleh Letjen. Khalid bin Sultan.

Misi diplomatik antara James Baker dengan menteri luar negeri Irak Tareq Aziz gagal (9 Januari 1991). Irak menolak permintaan PBB agar Irak menarik pasukannya dari Kuwait 15 Januari 1991. Akhirnya Presiden Amerika Serikat George H. Bush diizinkan menyatakan perang oleh Kongres Amerika Serikat tanggal 12 Januari 1991. Operasi Badai Gurun dimulai tanggal 17 Januari 1991 pukul 03:00 waktu Baghdad yang diawali serangan serangan udara atas Baghdad dan beberapa wilayah Irak lainnya serta operasi di daratan yang mengakibatkan perang darat yang dimulai tanggal 30 Januari 1991.

Irak melakukan serangan balasan dengan memprovokasi Israel dengan menghujani Israel terutama Tel Aviv dan Haifa, Arab Saudi di Dhahran dengan serangan rudal Scud B buatan Sovyet rakitan Irak, serta melakukan perang lingkungan dengan membakar sumur sumur minyak di Kuwait dan menumpahkan minyak ke Teluk Persia. Sempat terjadi tawar-menawar perdamaian antara Uni Sovyet dengan Irak yang dilakukan atas diplomasi Yevgeny Primakov dan Presiden Uni Sovyet Mikhail Gorbachev namun ditolak Presiden Bush pada tanggal 19 Februari 1991. Sementara Sovyet akhirnya tidak melakukan tindakan apa pun di Dewan Keamanan PBB semisal mengambil hak veto. Israel diminta Amerika Serikat untuk tidak mengambil serangan balasan atas Irak untuk menghindari berbaliknya kekuatan militer Negara Negara Arab yang dikhawatirkan akan mengubah jalannya peperangan.

Gencatan Senjata Perang Teluk Dimulai 

Pada tanggal 27 Februari 1991 pasukan Koalisi berhasil membebaskan Kuwait. 28 Februari 1991, setelah Perang Teluk berlangsung selama 40 hari, Presiden AS, George Bush, mengumumkan gencatan senjata. Perang Teluk meletus akibat invasi Irak ke Kuwait tahun 1990. Atas resolusi dari PBB, pasukan multinasional di bawah pimpinan AS menyerang Irak dan meletuslah Perang Teluk. Setelah dilakukan gencatan senjata, dimulailah perundingan antara negara-negara koalisi dan Irak, yang hasilnya, Irak bersedia menerima resolusi Dewan Keamanan PBB. Setelah itu, PBB juga memberlakukan embargo ekonomi terhadap rezim Saddam, namun yang menjadi korban utama adalah rakyat sipil dan anak-anak Irak yang kekurangan makanan dan obat-obatan akibat embargo tersebut. 

Kuburan Massal Ditemukan 
 

Sebuah kuburan masal yang ditemukan di markas organisasi Mujahedin-e Khalq (Mujahedin-e Khalq Organization – MKO) di Irak mengungkapkan teka-teki Perang Teluk tahun 1991. Petugas polisi di propinsi Diyalah mengatakan bahwa kuburan masal itu berisi jenazah warga Kuwait yang menjadi korban invasi rezim Baath selama tujuh bulan di Kuwait. 

Peran Amerika Dalam Pembuatan Nuklir

Dalam kasus Irak, pada tahun 1991 perang teluk telah menghentikan program persenjataan Irak. Pemerintah George W. Bush mengklaim sebelum invasi Amerika akhir Maret 2006, bahwa intelijen menemukan Irak telah memulai pembuatan bom, tapi hingga kini, klaim itu hanya pepesan kosong. 
 
Amerika bukan hanya berperan dalam persenjataan terlarang di Irak. Dalam kasus Israel, India, dan Pakistan, Amerika juga mempunyai kontribusi terhadap gudang senjata nuklir yang sekarang dimiliki negara-negara itu. Pada saat yang sama Uni Soviet mensuplai teknologi nuklir ke Cina yang kemudian juga membuat senjata nuklir.

Perang Saudara Spanyol, Awal Revolusi Spanyol

Perang Saudara Spanyol, yang berlangsung dari 17 Juli 1936 hingga 1 April 1939, adalah konflik antara kaum Nasionalis yang dipimpin oleh Jenderal Francisco Franco yang mengalahkan kaum Loyalis yang dipimpin oleh Presiden Manuel Azaña dari Republik Spanyol Kedua. Kaum Loyalis mendapatkan senjata dan relawan dari Uni Soviet dan gerakan Komunis internasional, sementara kaum Nasionalis (atau Francois) didukung oleh negara-negara Fasis, termasuk Italia dan Jerman. Kaum Republikan terdiri atas kaum sentris (tengah) yang mendukung demokrasi liberal kapitalis hingga komunis dan kaum revolusioner anarkis.

Capa, Death of a Loyalist Soldier.jpg
Prajurit Republik Spanyol yang tertembak dalam perang.

Basis kekuatan mereka terutama adalah sekular dan urban (meskipun juga termasuk kaum buruh tani yang tidak memiliki tanah) dan khususnya kuat di wilayah-wilayah industri seperti Asturias dan Catalunya. Negeri Basque yang konservatif juga memihak dengan Republik, terutama karena ia, bersama-sama dengan tetangganya Catalunya, berusaha mendapatkan otonomi dari pemerintahan pusat yang belakangan ditindas dengan menciptakan sentralisasi terhadap kaum nasionalis. Kaum Francois umumnya memiliki basis dukungan di pedesaan, masyarakat yang kaya dan konservatif. Pada umumnya mereka Katolik Roma, dan mendukung sentralisasi kekuasaan. Sebagian dari taktik-taktik militer dalam perang ini - termasuk penggunaan taktik-taktik teror terhadap kaum sipil - mendahului apa yang kelak terjadi dalam Perang Dunia II, meskipun baik kaum Nasionalis maupun Republikan sangat mengandalkan pasukan infantri ketimbang menggunakan taktik-taktik modern seperti blitzkrieg (serangan kilat) dengan tank dan pesawat-pesawat terbang.

Sementara perang itu berlangsung hanya sekitar tiga tahun, situasi politiknya sudah penuh dengan kekerasan selama beberapa tahun sebelumnya. Jumlah korbannya dipertikaikan. Perkiraan umum menyebutkan antara 300.000 hingga 1 juta orang terbunuh. Banyak di antara para korban ini disebabkan oleh pembunuhan-pembunuhan massal yang dilakukan kedua belah pihak. Perang ini dimulai dengan pemberontakan militer di seluruh Spanyol dan koloni-koloninya, yang diikuti oleh pembalasan kaum Republikan terhadap Gereja, yang dipandang kaum Republikan radikal sebagai lembaga yang menindas yang mendukung orde lama.

Terjadi pembantaian terhadap rohaniwan-rohaniwati Katolik dan gereja-gereja. Biara-biara dibakar. Dua belas uskup, 283 biarawati, 2.365 biarawan dan 4.184 imam Katolik dibunuh. Bekas pemilik tanah dan kaum industrialis juga diserang. Selama dan menjelang pecahnya perang, kaum Nasionalis melaksanakan program pembunuhan massal terhadap lawan-lawan mereka. Dilakukan pemeriksaan dari rumah ke rumah, dan orang-orang yang tidak disukai seringkali dipenjarakan atau dibunuh. Para aktivis serikat buruh, yang dikenal sebagai simpatisan kaum Republikan dan yang sering mengkritik rezim Franco merupakan orang-orang pertama yang diincar. Kaum Nasionalis juga melakukan pengeboman udara terhadap wilayah-wilayah sipil dengan bantuan angkatan udara Jerman dan Italia. Kebrutalan biasa dilakukan oleh semua pihak.

Dampak perang ini sangat hebat: Dibutuhkan waktu puluhan tahun untuk memulihkan kembali ekonomi Spanyol. Dampak politik dan emosional dari perang ini terus dirasakan jauh melampaui batas-batas negara Spanyol dan menyulut semangat kaum komunitas intelektual dan politik internasional, yang hingga kini masih ditemukan dalam politik Spanyol.

Para simpatisan Republikan menyatakannya sebagai perjuangan antara "tirani dan demokrasi", atau "fasisme dan kebebasan", dan banyak pembaharu muda dan kaum revolusioner yang mempunyai komitmen tinggi bergabung dengan Brigade Internasional, yang merasa bahwa menyelamatkan Republik Spanyol berada di garis depan peperangan melawan fasisme. Namun para pendukung Franco, khususnya anggota-anggota muda dari korps perwira, memandanganya sebagai pertempuran antara gerombolan merah komunisme dan anarkisme di satu pihak melawan "peradaban Kristen" di pihak lain.

Revolusi Spanyol 

Revolusi Spanyol 1936 awalnya merupakan respon terhadap kup militer yang dilakukan oleh Jenderal Franco selama perang saudara Spanyol. Respon yang diberikan di Catalonia dan Aragon, daerah-daerah dimana anarkis berbasis kuat, merupakan hasil dari aksi langsung (direct action) dan demokrasi langsung yang diterapkan dalam gerakan buruh Spanyol. Hampir dua pertiga dari seluruh wilayah yang dikontrol oleh kekuatan anti fasis diambil alih.

Tanah-tanah dikolektifkan dan bengkel-bengkel lokal didirikan untuk memproduksi alat-alat dan furnitur, dan lain-lain. Kolektifisasi dilakukan secara voluntaristik dan bukan dengan pemaksaan seperti yang telah terjadi dalam Stalinisme Rusia. Produksi dan juga distribusi mengalami perubahan akibat revolusi. Toko-toko kolektif didirikan dan menjadi tempat pendistribusian barang-barang. Federasi- federasi kolektif juga terbangun, terutama yang paling sukses di Aragon. Sedangkan dalam sektor industri, di Barselona, sekitar 3000 perushaan dikolektifkan. Semua perusahaan publik, di seluruh wilayah yang dikuasai anti fasis diambil alih dan dikelola oleh komite-komite pekerja. 

Ernesto "Che" Guevara


Ernesto "Che" Guevara


Ernesto Guevara de la Serna, lahir di Rosario pada 14 Mei 1928. Guevara merupakan anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Ernesto Guevara Lynch dan Celia de la Serna. Bertualang dengan ‘Moge’ membuat Jiwa revolusioner Guevara mulai terpupuk ketika pada 1949 ia melakukan perjalanan panjang menjelajahi Argentina Utara dengan bersepeda motor. “Saya ingin melihat banyak hal. Saya akan melakukan perjalanan mengelilingi Argentina, saya kan kembali dalam waktu tiga bulan, saat sekolah dimulai,” kata dia pada ayahnya sebelum ia melakukan perjalanan. Sang ayah yang sebetulnya keturunan bangsawan bukannya melarang, malah amat mendukung tekad Guevara. “Saya selalu mengizinkan untuk melakukan penelitian, penggalian, dan berusaha menemukan banyak hal untuk dirinya sendiri, sehingga dia bisa menjadi seorang laki-laki,” kata sang ayah dengan bijak, seperti yang dikutip dari buku Mi Hijo el Che (Che Anakku) karya Ernesto Guevara Lynch. Itulah untuk pertama kali Guevara bersentuhan langsung dengan orang miskin dan sisa suku Indian.
Dengan umur yang begitu belia, jiwa penjelajahan, dan rasa ingin tahu dalam diri Guevara berkembang. Penjelajahan Guevara nantinya akan sangat berpengaruh bagi karakter perjuangannya. Dari perjalanan itu, Guevara banyak bergaul dengan petani, dan tak sungkan membantu memanen hasil ladang mereka. Tidaklah heran bila di kemudian hari, Guevara acap mengidentikkan dirinya pada kaum tertindas. Kendati ia sempat mengecap bangku kuliah di bidang kedokteran di Universiti Buenos Aires pada 1948, tapi agaknya Guevara lebih doyan bertualang ketimbang mementingkan pendidikannya. Dan tiga tahun setelah penjelajahan di Argentina Utara, Guevara mengelilingi Amerika Latin menunggangi moge (motor gede) bersama sahabatnya Alberto Granado. Perjalanan yang berlangsung sejak Januari sampai Juli 1952 itu diawali dengan mengunjungi Peru, Kolombia, lantas Venezuela. Di Peru ia bekerja di koloni penderita kusta, ilmu yang ia kuasai dari fakultas kedokteran tempat ia pernah kuliah. Ia bekerja beberapa minggu di Leprasorium San Pablo, Peru. Guevara juga bertemu Salvador Allende. Di Venezuela bernasib apes. Ia ditangkap tetapi dilepaskan kembali. Guevara pun sempat mengunjungi Miami, kota tempat bermukimnya imigran asal Kuba. Guevara mengisahkan perjalanannya yang dramatis dan romantis tersebut dalam buku harian yang kelak dibukukan dengan judul Buku Harian Sepeda Motor (The Motorcycle Diaries). Saat revolusi nasional pecah di Argentina, Guevara hijrah ke La Paz, Bolivia. Namun ia dicurigai sebagai oportunis oleh kalangan revolusioner Bolivia karena ketidakjelasan prinsip politiknya. Guevara memutuskan hengkang dari Bolivia dan melanjutkan perjalanan ke Guatemala yang ketika itu dipimpin Jacobs Arbens. Sedikit demi sedikit, Guevara membangun keyakinannya berdasarkan Marxisme dan sosialisme. Meskipun begitu Guevara ogah bergabung dalam Partai Komunis.

Di Guatemala, Guevara tinggal bersama Hilda Gadea, aktivis penganut paham Marxis keturunan Indian. Lewat Hilda, Guevara diperkenalkan kepada Nico Lopez, salah satu letnan dari kelompok Fidel Castro (kelak menjadi pemimpin Kuba), revolusioner Kuba yang tinggal di pengasingan. Sedikit banyak Guevara berpartisipasi dalam memajukan revolusi Guatemala. Memang situasi politik di Guatemala saat itu sedang naik turun. Aksi nasionalisasi perusahaan United Fruit Company (UFC) yang dilakukan pemerintah Arbens menyebabkan reaksi balik dari perusahaan Amerika Serikat tersebut. UFC merekrut serdadu bayaran yang dilatih CIA, pimpinan Kolonel Carlos Castillo Armas. Pasukan ini menyerbu jantung ibu kota Guatemala. Pecahlah konflik antara pasukan pemerintah Jacobs Arbens dengan tentara sewaan UFC. Di situlah paradigma Guevara tentang AS terbentuk. Ia menganggap agen CIA sebagai agen kontrarevolusi dan ia semakin yakin, bahwa revolusi hanya dapat dilakukan dengan jaminan persenjataan.

Hijrah ke Mexico Akhirnya pada 27 Juni Presiden Jacobs Arbenz meletakkan jabatan. Dengan kata lain “kudeta” tentara bayaran pimpinan Armas yang dibekingi CIA berhasil memaksanya turun dari tampuk kepemimpinan. Pada Agustus di tahun yang sama tentara bayaran itu memasuki Guatemala City dan membantai pendukung rezim Arbenz. Melihat situasi yang semakin buruk dan membahayakan posisinya, Guevara meminta perlindungan politik ke Kedutaan Besar Argentina, lantaran ia sendiri masih tercatat sebagai warga negara Argentina. Setahun selepas Presiden Arbenz turun jabatan, Guevara pindah ke Mexico City. Di sini ia meretas jalan sebagai pejuang revolusioner, dan bertemu kembali dengan Nico Lopez, yang kebetulan tengah berada di Negeri Sombrero tersebut. Lopez mempertemukan Guevara dengan Raul Castro, adik kandung Fidel Castro. Pertemuan ini menjadi titik balik kehidupan Guevara sebagai gerilyawan revolusioner. Nun jauh di sana, beberapa ribu kilometer dari Guatemala, Fidel Castro beserta para pejuang Moncada yang masih hidup dibebaskan dari bui oleh pemerintah Kuba pada pertengahan Juni 1955, lantaran tekanan publik yang gencar. Tiga pekan kemudian, Castro tiba di Meksiko dengan tujuan mengorganisir ekspedisi bersenjata ke Kuba. Castro merasa situasi Kuba tidak memungkinkan untuk membangun basis perlawanan, apalagi rezim Batista yang saat itu berkuasa di Kuba masih terlalu kuat.

Sekitar Juli-Agustus Guevara bertemu Castro. Guevara pun turut bergabung dengan pengikut Castro di rumah-rumah petani tempat para pejuang revolusi Kuba ini dilatih perang gerilya secara profesional dan spartan oleh Alberto Bayo, serdadu berpangkat kapten dari Spanyol. Guevara selanjutnya terlibat dalam latihan perang gerilya, sehingga pejuang Kuba menggelarinya “Che” sebutan salam khas Argentina. Pertemuannya dengan Fidel Castro dan juga para emigran politik lainnya, membuat Guevara sadar bahwa Fidel-lah pemimpin yang ia cari. Pemimpin yang mempunyai daya revolusioner dalam semangat dan perlawanannya. “ ....ketika sosialisme masih berupa benih, manusia adalah faktor dasar. Kami percaya penuh kepadanya—seorang individu, khusus dengan nama lengkapnya, Fidel Castro....,” kata Guevara pada suatu ketika dalam salah satu tulisannya. Pertemuan ini, kemudian dicatat sejarah sebagai awal terjalinnya duet pejuang revolusi Amerika Latin yang berpijak pada Marxisme. Che dan Castro ibarat dua sisi mata uang yang saling melengkapi dalam satu tautan ideologi, sosialisme dan Marxisme. Ketika Castro dan pengikutnya menyerbu Kuba pada Juni 1956, Guevara awalnya hanya diikutkan sebagai dokter, namun kemudian ia didaulat sebagai komandan tentara revolusioner Barbutos. Che Guevara dianggap tokoh yang paling berhasil dari semua pemimpin gerilya dalam menyusupkan ajaran Lenin kepada anak buahnya. Ia juga orang yang berdisiplin, dan tidak sungkan menembak prajurit yang ceroboh. Di arena ini ia meraih reputasi atas kekejamannya ketika dengan dingin mengeksekusi para pendukung fanatik Presiden Batista yang terguling.

Ketika revolusi dimenangkan, Guevara merupakan orang kedua setelah Fidel Castro dalam pemerintahan baru Kuba, yang bertanggung jawab menggiring Castro menuju komunisme merdeka bukan lagi komunisme ortodoks ala Moskwa yang dianut beberapa teman kuliahnya.Pada 1965, Guevara meninggalkan Kuba untuk terlibat ldalam perjuangan revolusioner internasional. Ia mengembara sampai ke Afrika dan akhirnya ikut berperang di Kongo. Setahun berselang, Guevara masuk ke Bolivia, sekali lagi dengan gagasan mengorganisir pemberontakan dan berharap menjatuhkan pemerintahan militer Bolivia yang pro AS dan memasang pemerintahan komunis di sana. Namun nasib berkata lain. Pada 8 Oktober 1965 di dekat Vallegrande, Guevara tertangkap oleh pihak militer Bolivia. Atas perintah Presiden Bolivia Barrientos, Che dieksekusi mati. Selepas kematiannya, sosok Guevara bukannya tenggelam, malah figurnya semakin kuat, dan menjadi simbol perlawanan terhadap praktik penindasan sistem kapitalis yang dikuasai Barat.
Fidel Castro membenarkan kematian Guevara dan menyatakan tiga hari berkabung di seluruh Kuba. 8 Oktober ditetapkan sebagai hari kepahlawanan Gerilya. Dan pada
18 Oktober Fidel Castro menyampaikan pidato peringatan untuk Guevara di Plaza revolusi Havana yang dihadiri oleh ratusan ribu massa.
. (Dari berbagai sember/literature)

Buah Aren yang Mengalahkan Surabaya


Pada akhirnya kecerdikan otaklah yang bisa mengalahkan Surabaya. Bukan otot dan pedang.
OLEH: BONNIE TRIYANA

WINONGAN hanyalah sebuah kota kecamatan di wilayah kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, yang letaknya berada di sebelah tenggara Surabaya. Di kota kecil itulah pada 1614, pasukan Mataram yang dipimpin oleh Tumenggung Suratani, mendirikan pusat komandonya sekaligus mengordinasikan serangan Mataram ke daerah timur. Sejak 1614, mulai dari Winongan, balantentara Mataram terus merongrong kekuasaan Surabaya. Serangan demi serangan pun dilakukan ke berbagai wilayah kekuasaan Surabaya di pantai utara Jawa, mulai dari Tuban, Gresik dan terus merangsek ke jantung kekuasaan Surabaya.   
Ada dua kerajaan yang menjadi musuh utama Mataram, yakni Surabaya di timur dan Banten di barat. Sejak kepemimpinan Panembahan Hanyakrawati (1601-1613), Kerajaan Mataram gigih memperluas pengaruhnya di Jawa. Beberapa tahun menjelang akhir kekuasaanya, Raja yang kemudian setelah meninggal digelari sebagai Panembahan Seda Ing Krapyak itu memang menjalankan politik luar negeri yang aktif. Bahkan, mengutip sejarawan HJ. De Graaf, Panembahan mempekerjakan Juan Pedro Italiano, seorang petualang Italia, yang telah masuk Islam, untuk melobi para pedagang Belanda. 
Semasa hidupnya Panembahan Krapyak gencar memerangi Surabaya namun tak pernah berhasil menguasai kota yang terkenal memiliki pertahanan yang kuat itu. Ketika Sultan Agung menggantikan posisi Panembahan Krapyak pada 1613, raja baru itu meneruskan pekerjaan sang ayah yang tak sempat berlanjut karena keburu wafat pada 1 Oktober 1613. Pada saat Sultan Agung memerintah, sebuah taktik lain dijalankan. Alih-alih menyerang langsung ke Surabaya, sultan yang sebelum dinobatkan bernama Raden Mas Jatmika itu memilih untuk menyerang lebih dulu daerah-daerah taklukan Surabaya. 
Beberapa bulan setelah penobatannya, Sultan Agung langsung memberikan titah kepada Tumenggung Suratani yang disertai ribuan balatentara Mataram untuk segera berangkat menyerang daerah timur. Sultan Agung memberikan perintah dengan acaman: bunuh siapa pun yang mundur dari gelanggang pertempuran. Target serangan pertama adalah Pasuruan. Namun serangan itu gagal karena tentara Pasuruan bertempur habis-habis mempertahankan kotanya. Walhasil balatentara Mataram mundur ke Winongan dan bertahan di daerah itu dengan membangun perintang yang sangat kuat untuk melindungi diri dari kemungkinan serangan balasan. 
Sementara menyusun kekuatan untuk serangan ulang, Tumenggung Suratani memerintahkan Tumenggung Alap-Alap merebut Lumajang dan Renong. Namun kedua bupati daerah itu berhasil melarikan diri. Tumenggung Alap-Alap dan pasukannya yang berhasil menguasai kota, menjarah harta benda milik bupati, bahkan menculik para perempuan untuk dibawa pulang. Aksi penyerangan dilanjutkan sampai ke Malang di mana pasukan Tumenggung Alap-Alap berhasil menangkap Rangga Toh Jiwa, bupati Malang yang sempat melarikan diri dari kejaran pasukan. 
Cara pasukan Mataram menebar aksi teror ini cukup berhasil menimbulkan ketakutan di kalangan penguasa daerah-daerah protektorat Surabaya. Dalam jangka waktu yang singkat, Mataram terus menggempur daerah-daerah di Jawa Timur. Ekspedisi demi ekspedisi dikirim, mengoyak rasa tenteram para penguasanya. Tak semua serangan Mataram berhasil. Dalam beberapa serangan balasan, pasukan Mataram kocar-kacir, seperti yang terjadi pada pertempuran di Sungai Andaka (kini disebut sungai Brantas), di mana dua pemimpin pasukan Mataram, Aria Suratani dan Ngabei Ketawangan tewas di tempat. 
Menyerang terlebih dahulu kota-kota satelit di sekitar Surabaya agaknya bertujuan untuk memutus jalur logistik ke Surabaya. Sebagai kota pelabuhan, Surabaya menggantungkan dirinya kepada daerah-daerah pedalaman (hinterland) untuk suplai berbagai kebutuhan sehari-hari. Bahkan kebutuhan atas air pun diambil dari kali Mas, salah satu dari dua cabang kali pecahan aliran Sungai Brantas yang melintasi Mojokerto. Kelak lewat sungai Brantas Surabaya bisa dibuat bertekuklutut. 
Taktik demikian ditempuh Mataram karena serangan langsung terhadap Surabaya tak pernah berhasil. Surabaya terlalu kuat, apalagi bala bantuan dari Madura selalu siap setiap saat mempertahankan Surabaya. Selama bertahun-tahun, semenjak naih takhta, Sultan Agung terus melancarkan penyerbuan ke Surabaya. Seringkali menemui kegagalan tapi dia tak pernah jera untuk melakukan serangan. 
Apa yang sebenarnya mendorong sultan dari trah Ki Ageng Pemanahan itu begitu ngotot menaklukkan Surabaya? Sejarawan Universitas Gadjah Mada Dr. Sri Margana mengatakan perebutan legitimasi kekuasaan religius adalah alasan utama kenapa Mataram gigih melancarkan perang terhadap Surabaya. “Mataram membutuhkan legitimasi keislaman dan itu dimiliki oleh Surabaya karena mereka keturunan para wali, sementara Mataram keturunan petani,” kata doktor lulusan Leiden University itu. 
Menurut Margana legitimasi kekuasaan berdasarkan tahkta suci agama menjadi penting karena dengan itulah Surabaya memiliki pengaruh yang sangat luas. Konsepsi kekuasaan yang demikian bersumbu pada  kepercayaan di kalangan masyarakat Jawa bahwa raja adalah pusat kosmis yang memiliki pengaruh baik pada alam maupun masyarakat. Raja juga dipercaya sebagai keturunan nabi-nabi dan dewa-dewa. Anggapan itu dikaitkan dengan kepercayaan magis dari wahyu raja (pulung ratu) dan konsep pewaris keturunan darah raja (trahing kusuma rembesing madu wijining andhana tapa), hanya orang yang memiliki keturunan darah raja lah yang berhak menjadi raja (Poesponegoro:1992. 60). “Sementara trah Pemanahan itu kan trahnya petani, jadi mereka berada satu derajat di bawah trah wali seperti penguasa Surabaya, itu alasan Mataram menyerang Surabaya,” kata Margana. 
Maka Mataram berani menempuh jalan mana pun untuk mengalahkan dan menguasai Surabaya. Cara Sultan Agung yang menggempur secara periodik wilayah kekuasaan setahap demi setahap menimbulkan korban yang cukup besar di pihak Mataram. Namun dia terus mencari cara agar Surabaya yang makin lama makin terdesak itu menyerah, terutama sejak kejatuhan Tuban pada 1619 menyusul kekalahan Madura pada 1624. 
Setelah bertempur selama hampir satu dekade lebih, akhirnya Mataram berhasil memasuki pinggiran kota Surabaya yang pertahanannya tak terkalahkan itu. Pasukan Mataram di bawah pimpinan dua panglima perangnya, Tumenggung Ketawangan dan Tumenggung Alap-Alap menggempur Surabaya pada 1624. Dari sumber Belanda, sebagaimana dikutip dari De Graaf (2002), kendati sudah berhasil menembus barikade pertahanan Surabaya, pasukan Mataram masih mengalami kesulitan mematahkan pertahanan pasukan Surabaya yang gigih mempertahankan pusat kotanya. 
Tentara Mataram pun kembali menebar teror kepada penduduk pinggiran Surabaya. Sawah dan ladang milik penduduk diporak-porandakan dengan maksud para penduduk yang tetap bertahan segera menyerah seperti juga yang dilakukan oleh penduduk Sampang, Madura ketika mereka diserang Mataram beberapa waktu sebelumnya. Pertempuran dengan pihak Surabaya, mengutip De Graaf, “sudah sampai tingkat kritis. Sebanyak 80 ribu orang mengepung kota ini.” Karena alotnya pertahanan pasukan Surabaya, Mataram memilih untuk bersikap defensif sambil mencari akal untuk menyusun serangan mematikan kepada pihak Surabaya. Mereka pun mendirikan perkemahan di  sekitar Mojokerto sambil menunggu waktu tepat melancarkan serangan.
Tumenggung Mangun Oneng yang diberi mandat memimpin serangan ke Surabaya kali ini melancarkan taktik “bendungan Jepara” untuk menyumbat aliran sungai Brantas yang menjadi sumber air bagi penduduk Surabaya. Teknik pembendungan tersebut menggunakan berbatang pohon kelapa dan bambu yang diletakkan membentang di dasar sungai sampai dengan permukaannya. Setelah air tersumbat dan hanya mengalir sedikit saja, pasukan Mataram menceburkan bangkai binatang dan berkeranjang buah aren (latin:Arenga saccharifera). Bangkai menyebabkan air berbau busuk sementara buah aren menimbulkan gatal-gatal yang luar biasa hebatnya. 
Air yang tercemar itu menyebabkan penduduk Surabaya terkena wabah penyakit batuk dan gatal-gatal. Taktik yang mendatangkan penderitaan bagi rakyat Surabaya itu sampai ke telinga raja. Sebuah pertemuan digelar oleh kalangan istana Surabaya tapi raja terlalu malu untuk memaklumkan kekalahannya pada Mataram. Maka diutuslah Pangeran Pekik, putra sang raja, beserta seribu tentara Surabaya untuk menemui Tumenggung Mangun Oneng. Melalui Demang Urawan, surat maklumat kekalahan Raja Surabaya disampaikan kepada Tumenggung Mangun Oneng. Menurut catatan VOC sebagai mana dikutip De Graaf, Surabaya dinyatakan kalah pada 27 Okotober 1625. Sejak saat itu Mataram mulai mencengkeramkan kuku kekuasannya di Jawa Timur.

Hilangnya Mutiara Hitam




Datang sebagai pembebas rakyat Kongo, Lumumba menjadi korban Perang Dingin.
OLEH: MF. MUKTHI
PERISTIWANYA terjadi nun jauh di negeri orang: Kongo. Namun di Labuan Batu, Sumatra Utara, buruh-buruh perkebunan marah. Mereka mengambil-alih perkebunan-perkebunan milik pengusaha Belgia di daerah Mrangir, Aek Paminke, Pernantian, Perlabian, Kanopan Ulu, Padang Halaban, Negeri Lama, dan Sennah. Aksi buruh itu tanpa disertai tindak kekerasan. Tak ada korban jiwa. Mereka juga melaporkan ke pihak berwajib setelah selesai aksi.
Di Jawa Barat, aksi serupa gagal. Pangdam Siliwangi Ibrahim Adjie keburu mengeluarkan larangan. “Terhadap perbuatan-perbuatan yang demikian dapat diambil tindakan sesuai dengan ketentuan undang-undang/peraturan-peraturan yang ada dan berlaku bagi Penguasa Keadaan Bahaya,” tulis Pikiran Rakjat, 23 Maret 1961.
Aksi buruh di sejumlah wilayah di Indonesia itu merupakan bentuk protes atas terbunuhnya Perdana Menteri Patrice Lumumba asal Kongo. Lumumba dan rakyatnya dianggap sebagai teman seperjuangan melawan kolonialisme, penindasan, dan penghisapan.
Lumumba lahir 2 Juli 1925 di Onalua, wilayah Katakokombe, provinsi Kasai, Kongo. Saat itu Kongo adalah wilayah jajahan Belgia sejak 1908. Sejak muda, Lumumba gandrung akan kemerdekaan negerinya. Setelah sempat bekerja sebagai sales bir dan klerek kantor pos, dia mulai manapak karier di dunia politik lewat Partai Liberal Belgia. Pada 1958, dia ikut mendirikan Gerakan Nasional Kongo (MNC) dan kemudian jadi presidennya. Pada tahun yang sama, dia mewakli MNC dalam konferensi All-African Peoples di Accra, Ghana, yang mempertebal keyakinannya akan Pan-Afrika.
Di penghujung 1959, Lumumba ditahan atas tuduhan menghasut kerusuhan antikolonial di Stanleyville yang menewaskan 30 orang. Berbarengan dengan masa awal penahanannya, Konferensi Brusel yang membicarakan masa depan Kongo digelar. MNC menuntut pembebasan Lumumba dan berhasil. Lumumba bebas dan hadir dalam konferensi. Konferensi pun memutuskan kemerdekaan Kongo pada 30 Juni. Sebelum perayaan kemerdekaan, digelar pemilihan umum. Lumumba dan MNC menang dan berhak membentuk pemerintahan. Lumumba jadi perdana menteri, dengan wakil Antoine Gizenga. Sementara Joseph Kasavubu, tokoh nasionalis terkemuka asal Partai Abako, terpilih sebagai presiden.
Dalam perayaan kemerdekaan, yang juga dihadiri Raja Belgia Baudouin, Lumumba mengingatkan penderitaan rakyat Kongo di bawah kolonialisme. Dia juga menyebut kemerdekaan Kongo tak diberikan dengan murah hati oleh Belgia.
Bukan hanya Belgia, Amerika Serikat juga tak senang atas kondisi baru di Kongo. Gerakan kemerdekaan total Lumumba mengganggu kepentingan Barat. Terlebih, sebelumnya Amerika menguasai kekayaan alam negeri itu, sebagai kompensasi dukungannya terhadap klaim Raja Belgia Leopold II atas wilayah cekungan Kongo pada abad ke-19. Sebagai gambaran, uranium untuk bahan pembuat bom atom yang digunakan di Hiroshima-Nagasaki diambil dari pertambangan di Kongo. “Selama 126 tahun, AS dan Belgia telah memainkan peran kunci dalam membentuk nasib orang Kongo,” tulis Georges Nzongola-Ntalaja, profesor African and Afro-American studies di University North Carolina, dalam “Patrice Lumumba: The Most Important Assassination of the 20th Century”, dimuat www.guardian.co.uk.
Amerika pun mendorong Belgia untuk mengambil-alih Kongo kembali. Mereka menginginkan status quo. Di tengah Perang Dingin, mereka juga khawatir Kongo jatuh ke Blok Timur.
Di dalam negeri, Lumumba menghadapi pemberontakan tentara yang tak puas atas kebijakannya yang hanya menaikkan gaji pegawai sipil. Kerusuhan juga meluas. Tak lama kemudian Provinsi Katanga di bawah Moise Tshombe, dengan dukungan Belgia dan perusahaan pertambangan seperti Union Miniere, memerdekakan diri. Provinsi kaya sumberdaya alam lainnya, Kasai Selatan, menyusul.  
Lumumba minta pasukan penjaga perdamaian PBB memadamkan pemberontakan tapi tak berhasil. Dia berpaling ke Uni Soviet.
Presiden Kasavubu, yang tak suka cara yang ditempuh Lumumba, memecat Lumumba. Lumumba protes. Kongo dikendalikan dua kubu yang saling klaim kekuasaan, Kasavubu di Leopoldsville (kini Kinshaha) dan Lumumba di Stanleyville (kini Kisangani). Ketidakamanan itu membuat Kolonel Joseph Mobutu melakukan kudeta pada 14 September. Lumumba dikenai tahanan rumah dengan penjagaan pasukan keamanan PBB. Dia sempat meloloskan diri dan membentuk pemerintahan di pelarian, namun akhirnya kembali ditangkap.
Soviet, yang menuding sekjen PBB dan Barat sebagai pihak yang bertanggungjawab atas penangkapan itu, menuntut pembebasan Lumumba. Dewan Keamanan PBB lalu menggelar sidang darurat. Perdebatan sengit dan saling veto antara Blok Timur dan Blok Barat terjadi. Soviet kalah suara. Negara-negara yang setuju pendapat Soviet menarik diri dari kontingen pasukan perdamaian. Indonesia salah satunya.
Setelah dipindah ke sana kemari, Lumumba dibawa ke Provinsi Katanga. Dia lalu disekap di Brouwez House. Di situ Tshombe dan “utusan-utusan” Barat merapatkan pembunuhan Lumumba.
Suatu malam awal 1961, Lumumba dibawa ke sebuah tempat rahasia dan wafat di tangan tiga regu tembak. Jasadnya dimutilasi dan dibuang. “Ini jelas solusi elegan yang terbaik bagi Katanga: kematian pasti untuk Lumumba, dan tangan orang-orang Tshombe bersih dari lumuran darah,” tulis Ludo De Witte dalam The Assassination of Lumumba. De Witte menyebutnya sebagai “pembunuhan terpenting abad ke-20”.
Selama puluhan tahun, kematian Lumumba menyisakan kabut: siapa aktor dan dalang di balik pembunuhannya. Belgia menuding Tshombe. Namun pembunuhan itu kini tersingkap tirainya. “Kejahatan keji ini merupakan puncak komplotan pembunuhan buatan pemerintah Amerika dan Belgia, yang menggunakan tangan Kongo dan regu tembak Belgia untuk melaksanakannya,” tulis Georges Nzongola-Ntalaja.
Kematian Lumumba mengejutkan banyak orang di belahan dunia. Di Indonesia, Presiden Sukarno, yang juga berkali-kali jadi sasaran pembunuhan dari tangan-tangan kekuatan asing, menyebut tindakan pengecut itu sebagai banditisme dan menyimpulkannya sebagai tindakan ofensif baru kaum imperialis yang terpaksa dilakukan karena di mana-mana mereka dipukul mundur. Untuk mengenangnya, Sukarno mengabadikan namanya menjadi Jalan Patrice Lumumba (kini Jalan Angkasa, Jakarta) di kawasan Gunung Sahari.
Sementara D.N. Aidit, ketua CC PKI, menyerukan: hukum pembunuh Lumumba dan dukung pemerintah Gizenga! Aidit juga menorehkan kepedihannya dalam sebuah puisi “Yang Mati Hidup Kembali”. Sejawatnya, Njoto, menulis “Merah Kesumba”: Darah Lumumba Merah Kesumba / Kongo!


FREE PALESTINE | CONDEMN ISRAELI OCCUPATION